Daerah Bagelen ditemukan artefak yang berupa stupa, lingga dan yoni. Pada masa Kerajaan Pajang, Bagelen telah mengakui Sultan Hadiwijaya sebagai rajanya dan kemungkinan pengaruh Islam telah masuk wilayah Bagelen.
Ketika pusat pemerintahan Kerajaan Islam bergeser ke Mataram dibawah Panembahan Senopati, yang mencapai puncak kejayaannya semasa pemerintahan Sultan Agung ( 1613-1645 ), Kyai Baidlowi sebagai tetua Bagelen membantu Mataram dalam melawan Belanda. Sehingga untuk jasa tersebut, oleh istri Sultan Agung beliau dihadiahi masjid dengan arsitek Kasan Muhammad Shuufi, dan menjadi masjid tertua di wilayah Bagelen (1618).
Bagelen adalah pertahanan terakhir Mataram sebelum ibu kota, adanya sungai Bogowonto yang melewati Bagelen yang berlanjut sampai masa perang Diponegoro. Dan ini mencerminkan bahwa kelestarian pertahanan Mataram tergantung dari hubungan baiknya dengan Bagelen.
Konstruksi kayu serta bentuk gonjo Masjid Santren sama dengan yang ada di Masjid Menara Kudus dan masjid Kajoran Klaten, sehingga kemungkinan ketiganya berasal dari masa yang sama. Di sisi utara dan selatan terdapat sederet makam yang diberi cungkup diantaranya terdapat makam-makam berprasasti, dua diantaranya makam Haji Ahmad Baidlowi (1028 H/1618 M), dan putranya R.K.H. Hasan Muhibat (1771 H/1757 M).
0 comments:
Post a Comment