equityworld futures pusat
Friday, June 5, 2015

Friday, June 05, 2015
Tidak sedikit orang di Indonesia dan dunia ini masih mempertanyakan mengapa skema piramida bila digunakan di dunia keuangan bisa berbahaya.
Sebelum lebih jauh membicarakan skema piramida, mungkin Anda juga belum mengetahui apa itu skema piramida, berikut akan dijelaskan prakteknya secara sederhana. Skema piramida adalah sebuah skema money game yang dipopulerkan oleh Charles Ponzi. Langkah mudahnya adalah skema ini mengiming-imingi sebuah penanaman modal dengan pengembalian bunga yang menarik.

Katakanlah Anda menanamkan modal sebesar Rp 10 juta, dan saya menjanjikan pada bulan depan akan membayar bunganya sebesar 10 persen atau setara Rp 1 juta.

Terlepas apakah bunga 10 persen adalah wajar atau tidak, menarik atau tidak, sesuai dengan yang telah saya bahas di artikel sebelumnya, inti dari skema piramida ini terletak pada aktivitas yang terjadi pada uang Rp 10 juta itu.

Normalnya dalam penanaman modal oleh sebuah perusahaan, dana tersebut digunakan untuk sebuah usaha yang menghasilkan keuntungan di atas 10 persen, sehingga mampu membayar yang dijanjikan kepada si penanam modal, yaitu 10 persen tiap bulan, betul?

Di sinilah masalahnya, uang penanaman modal itu dalam skema piramida tidak dipakai untuk usaha. Sebaliknya, sang pembuat skema piramida akan mencari orang baru untuk menanamkan modal dengan janji yang sama.

Uang yang didapat dari investor kedua digunakan sebagai pembayaran bunga untuk investor yang pertama, dan begitu seterusnya. Artinya, uang hanya berputar saja dari investor yang lebih baru kepada orang yang lebih lama atau yang terlebih dahulu 'menginvestasikan' uangnya.

Tanpa adanya sebuah usaha yang dijalankan, jelaslah bahwa hanya ada aliran uang dari satu orang ke orang lainnya yang terjadi. Apakah uangnya bertambah? Jawabannya, ya bertambah.

Namun bila pemodal skema ini bertambah juga dan jika jumlah uang yang keluar untuk membayar ‘bunga’ tanpa usaha ini lebih besar ketimbang dana baru yang masuk, tentu saja  skema ini akan segera berakhir.

Sedikit kejadian dari kasus skema investasi piramida atau ponzi ini yang berakhir hingga skemanya merugi karena memang skema investasi yang dibuat dengan ponzi atau piramida dirancang untuk bangkrut atau tidak bertahan lama.

Biasanya skema ini berakhir dengan uang yang telah diinvestasikan dibawa lari oleh sekelompok atau seseorang dari pencetus “usaha” tersebut.

Lalu, bagaimana dengan sebuah skema yang investasinya berbentuk skema saling memberi uang dengan penamaan arisan? Arisan sendiri dasarnya adalah menggilir dari semua peserta arisan untuk mendapatkan uang dari nilai setara dengan yang disetorkan.

Misalnya, terdapat 10 orang yang melakukan arisan dengan masing-masing senilai Rp 100.000, maka setiap bulan dari setiap orang peserta arisan tetap perlu menyetorkan dana sebesar Rp 100.000 dan di tiap bulan juga akan ditentukan siapa yang berhak membawa hasil setoran 10 orang tersebut yaitu Rp 1.000.000.

Memang ada beberapa varian arisan yang berkembang, mulai dari aturan bila ada peserta arisan yang ingin mengajukan diri sebagai pembawa pulang uang di bulan ini tanpa melalui undian akan dikenakan penalti hingga bila arisan dengan jumlah cukup besar bisa didepositokan terlebih dahulu sehingga ada hasil lebih besar dari yang disetorkan.

Namun, semua itu tidak bisa memberikan sebuah hasil arisan yang berlipat-lipat puluhan persen dari yang disetorkan.

Bila Anda juga mengenal multi level marketing atau MLM, skema tersebut juga memasarkan barangnya secara berjenjang, yakni dari satu orang ke orang lain yang akan mendapatkan hasil atas penjualan.

Memang sepintas ada orang yang berasumsi bahwa MLM adalah sebuah pemasaran piramida, namun saya lebih berpendapat bahwa meskipun piramida atau berjenjang, MLM memiliki barang yang diperjualbelikan. Barang yang ditawarkan MLM memiliki selisih harga yang lebih mahal dibandingkan barang sejenisnya, sehingga perusahaan MLM mampu memberikan keuntungan kepada anggota yang memasarkan produknya.

Sementara itu, skema piramida yang sangat berbahaya adalah bila sebuah skema hanya menawarkan uang Anda bertumbuh tanpa sebuah konsep perdagangan yang dapat memproduksi keuntungan yang masuk akal.

Biasanya skema piramida juga mendorong Anda untuk memasarkan skema tersebut kepada orang lain dengan keuntungan yang menggiurkan sehingga tampak sangat bodoh bila kita tidak mengikutinya.

Saya tidak mengatakan bahwa sesuatu yang tampak tidak masuk akal semuanya masuk dalam sebuah skema berujung penipuan karena banyak yang terbaik di dunia hingga hari ini juga mengawalinya dengan hal yang “tidak masuk akal”. Namun, sebuah usaha yang jelas-jelas identik dengan kasus-kasus penipuan dengan skema piramida lebih baik dihindari.

Anda bukan sedang berinvestasi bila Anda bergabung dalam skema itu. Melainkan, Anda sedang berspekulasi atau berjudi dengan waktu, apakah uang Anda kembali lebih dulu atau skemanya yang akan runtuh terlebih dahulu.

Bila Anda ingin mengenal lebih jauh skema-skema penipuan di dunia investasi, Anda juga bisa membaca dari sebuah buku yang telah saya tulis untuk mendokumentasikan potret dunia gelap investasi di Indonesia berjudul “Negative Investment: Kiat menghindari kejahatan dalam dunia investasi”.

Salam investasi untuk Indonesia


dok pribadi Ryan Filbert

Ryan Filbert
merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksadana, saham, options, ETF, CFD, forex, bisnis, hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain: Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi, dan Hidden Profit from The Stock Market, Bandarmology , dan Rich Investor from Growing Investment.
Di tahun 2015 Ryan Filbert menerbitkan 2 judul buku terbarunya berjudul Passive Income Strategy dan Gold Trading Revolution.
Setiap bulannya, Ryan Filbert sering mengadakan seminar dan kelas edukasi di berbagai kota di Indonesia.
Harapan besar Ryan adalah memberikan sebuah sedikit 'jalan terang' bagi edukasi mengenai investasi agar semakin banyak orang Indonesia yang 'melek' akan dunia investasi dan keuangan.

0 comments:

Post a Comment